Manusia Dan Cinta Kasih
A. Pengertian Cinta Kasih
Ada beberapa pendapat mengenai
pengertian cinta kasih, yaitu :
Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia karangan J.S. Purwodarminta, cinta adalah rasa sangat
suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat
tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta
(kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu
hamper sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta.
Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang)
kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta dan
kasih mengandung arti yang hamper sama, antara keduanya terdapat perbedaan,
yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan
kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah pada orang atau
yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang mendalam itulah
kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Erich Fromm (1983: 24-27) dalam
bukunya Seni Mencintai menyebutkan bahwa cinta itu terutama member,
bukan menerima, dan member merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam member adalah hal-hal yang sifatnya
manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyertakan unsure-unsur dasar tertentu,
yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan.
Sarlito W. Sarwono mengemukakan
bahwa cinta itu memiliki tiga unsure, yaitu ketertarikan, keintiman, dan
kemesraan. Keterikatan adalah perasaan untuk hanya bersama dia, segala
prioritas hanya untuk dia. Keintiman yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan
tingkah laku yang menunjukan bahwa antara Anda dan dia sudah tidak ada jarak
lagi sehingga panggilan-panggilan formal seperti Bapak, Ibu, Saudara digantikan
dengan sekedar memanggil nama atau sebutan seperti sayang. Sedangkan kemesraan
adalah adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen jika jauh dan lama
tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang. Ketiga
unsur cinta tersebut sama kuatnya, jika salah satu unsur cinta itu tidak ada
maka cinta itu tidak sempurna atau dapat disebut bukan cinta.
Secara sederhana cinta kasih
adalah perasaan kasih sayang yang dibarengi unsur terikatan, keintiman dan
kemesraan (Cinta Ideal / Segitiga Cinta) di sertai dengan belas kasihan,
pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab.
Tanggung jawab yang diartikan akibat yang baik, positif, berguna, saling
menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan dan kebahagiaan.
B.Unsur Unsur Cinta
3 Unsur Tentang Cinta:
1. Keterikatan : Adanya perasaan untuk hanya bersama dia,
segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dia.
2. Keintiman : Adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku
yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi.
3. Kemesraan : Adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa
kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang
mengungkapkan rasa sayang dan seterusnya.
C. Tiga Unsur Dalam Cinta Segitiga
Gambar 3 unsur dalam cinta segitiga
Kadang-kadang ada yang
keterikatannya sangat kuat, tetapi keintiman atau kemesraannya kurang. Cinta
seperti itu mengandung kesetiaan yang amat kuat, kecemburuannya besaar, tetapi
dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada
kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau keintiman. misalnya cinta sahabat
karib atau saudara kandung yang penuh dengan keakraban, tetapi tidak ada
gejolak-gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada
hal-hal lain pada partnernya.
Cinta juga dapat diwarnai dengan
kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur keintiman dan keterikatannya
yang kurang. Cinta seperti itu dinamakan cinta yang pincang, karena garis-garis
unsur cintanya tidak membuat segitiga sama sisi, seperti nyata pada gambar
berikut:
Lebih berat lagi bila salah satu
unsur cinta itu tidak ada, sehingga tidak terbentuk segitiga yang demikian itu
tidak sempurna, dan dapat disebut bukan cinta.
D. Tingkatan Cinta
Cinta memiliki tiga tingkatan, yaitu
tinggi, menengah dan rendah.
- · Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada tuhan.
- · Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orangtua, anak, saudara, istri atau suami dan kerabat.
- · Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal.
Menurut ibnu al-arabi:
Mari kita simak pendapat Ibnu al-arabi (tokoh filosofo
islam) mengenai rasa cinta. Ibnu al-araby membagi cinta pada 3 tingkatan,
yaitu:
1.Cinta Natural. cinta ini bersifat subjektif, kita lebih
mementingkan keuntungan diri sendiri. Contohnya, kita dapat mencintai seseorang
karna dia telah menolong kita, berbuat baik pada kita. Seperti cintanya seekor
kucing pada majikannya karna telah merawatnya.
2.Cinta Supranatural. Cinta ini brsifat objektif, tanpa
pamrih. dimana kita akan mencintai seseorang dengan tulus tanpa mengharapkan
timbal balik walau masih ada muatan subjektif. Contohnya seperti cintanya
seorang ibu pada anaknya, ia rela berkorban apapun dan bgaimanapun caranya demi
kebaikan anaknya walaupun tanpa ada balasan (rasa cinta) dari anaknya tersebut.
Pada tingkat inilah kita akan mulai memahami pepatah yang menyabutkan “CINTA
TAK HARUS MEMILIKI”
3.Cinta Ilahi. Inilah kesempurnaan dari rasa cinta. Kita
tidak hanya akan mendahulukan kepentingan objek yand kita cintai,. Lebih dari
itu, ketika kita telah mencapai tingkatan ini kita tidak akan lagi melihat diri
kita sebagai sesuatu yang kita miliki, penyerahan secara penuh, sirnanya
kepentingan pribadi. Kita merasa bahwa apapun yang kita miliki adalah milik
objek yang kita cintai.
Menurut KANG ZAIN
1. Cinta berbasis Shodr (lapisan hati luar)
2. Cinta berbasis Qolbu (lapisan hati tengah)
3. Cinta berbasis Fuad (lapisan hati dalam)
Mari kita simak,
1 1. Cinta berbasis Shodr (lapisan hati luar)
Ciri-cirinya adalah perasaan mudah gelisah,
kecenderungan yang ada adalah untuk memiliki bukan untuk memberi. Sifatnya
jasadi atau fisik. Dan kental sekali berbau dunia. Ingin punya ini dan ingin
punya itu api sering lupa mensyukuri apa yang sudah dimiliki.
1 2. Cinta berbasis Qolbu (lapisan hati tengah)
Ciri-cirinya adalah perasaan kadang gelisah
tapi kadang tenang bahagia. Kadang menikmati tapi kadang menyesali. Kadang
inget Tuhan tapi kadang inget kekasih hati ciptaan Tuhan. Perasaannya
bolak-balik seperti Qolbu. Jika ia memiliki hati yang bersih maka walaupun ia
mencintai makhluk Tuhan, ia tetap paham prosedur syariat yang harus dilewati.
Sehingga ia bisa memiliki sesuatu dengan cara yang dirahmati Tuhan.
3. .Cinta berbasis Fuad (lapisan hati dalam)
Inilah cinta yang sejati, sangat dalam dan
penuh sensasi yang melupakan (dunia). Ia begitu dalam sehingga tidak mudah
lepas, bahkan tidak bisa lepas. Hatinya bergantung penuh kepada Tuhan. Ia
nyaris lupa akan dunia. Dan itulah yang jadi masalahnya. Ia terkadang lupa akan
bajunya yang mungkin saja kurang pantas dilihat. Ia tidak lagi memikirkan
penilaian orang terhadapnya. Itu sebabnya ia pun sering beristghfar karena
khawatir tidak mampu mencintai Makhluk Tuhan, sehingga ada yang terzalimi
karena begitu kuat cintanya kepada Tuhan. Hatinya tenang karena dekat kepada
Tuhan, dan hatinya pun gelisah karena ingat dosa-dosanya yang tak mampu
dilihatnya. Mungkin saja ia sampai bingung apalagi yang mau di-istighfari,
padahal ia sangat menyukai istighfar dan taubat, tapi ia begitu anti berbuat
maksiat.
Triangular Theory of Love
Di dalam teori ini, cinta
digambarkan memiliki tiga elemen/komponen yang berbeda, yaitu : keintiman
(intimacy), gairah/nafsu (passion), dan kesepakatan/komitmen (commitment).
Teori ini dikemukakan oleh Robert Sternberg – seorang ahli psikologi. Berbagai
gradasi maupun jenis cinta timbul karena perbedaan kombinasi di antara ketiga
elemen tersebut. Suatu hubungan interpersonal yang didasarkan hanya pada satu
elemen ternyata lebih rapuh daripada bila didasarkan pada dua atau tiga elemen.
Berdasarkan “Triangular Theory of
Love” disebutkan beberapa bentuk-bentuk (wajah) cinta, yaitu :
1. Menyukai (liking) atau
pertemanan karib (friendship), yang cuma memiliki elemen intimacy. Dalam jenis
ini, seseorang merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan dengan orang
lain tanpa adanya perasaan gairah/nafsu yang menggebu atau komitmen jangka
panjang.
2. Tergila-gila (infatuation) atau
pengidolaan (limerence), hanya memiliki elemen passion. Jenis ini disebut juga
Infatuated Love, seringkali orang menggambarkannya sebagai “cinta pada
pandangan pertama”. Tanpa adanya elemen intimacy dan commitment, cinta jenis
ini mudah berlalu.
3. Cinta hampa (empty love), dengan elemen
tunggal commitment di dalamnya. Seringkali cinta yang kuat bisa berubah menjadi
empty love, yang tertinggal hanyalah commitment tanpa adanya intimacy dan passion. Cinta jenis
ini banyak dijumpai pada kultur masyarakat yang terbiasa dengan perjodohan atau
pernikahan yang telah diatur (Era Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih?)
4. Cinta romantis (romantic love). Cinta jenis ini memiliki
ikatan emosi dan fisik yang kuat (intimacy) melalui dorongan passion.
5. Cinta persahabatan sejati (companionate love). Didapatkan
pada hubungan yang telah kehilangan passion tetapi masih memiliki perhatian dan
intimacy yang dalam serta commitment. Bentuk cinta seperti ini biasanya terjadi
antar sahabat yang berlawanan jenis.
6. Cinta semu (fatuous love), bercirikan adanya masa
pacaran dan pernikahan yang sangat bergelora dan meledak-ledak (digambarkan
“seperti angin puyuh”), commitment terjadi terutama karena dilandasi oleh
passion, tanpa adanya pengaruh intimacy sebagai penyeimbang.
7. Cinta sempurna (consummate love), adalah bentuk yang
paling lengkap dari cinta. Bentuk cinta ini merupakan jenis hubungan yang
paling ideal, banyak orang berjuang untuk mendapatkan, tetapi hanya sedikit
yang bisa memperolehnya. Sternberg mengingatkan bahwa memelihara dan
mempertahankan cinta jenis ini jauh lebih sulit daripada ketika meraihnya.
Sternberg menekankan pentingnya menerjemahkan elemen-elemen cinta ke dalam
tindakan (action). “Tanpa ekspresi, bahkan cinta yang paling besar pun bisa
mati” kata Sternberg.
8. Non Love, adalah suatu hubungan yang tidak terdapat
satupun dari ketiga unsur tersebut. hanya ada interaksi namun tidak ada gairah,
komitmen, ataupun rasa suka.
Study Kasus :
Pernah tidak sih mendengar cerita
dari sahabatmu atau temanmu yang bercerita tentang pacarnya ?Tentang indahnya
punya pacar ? tentang bahagia yang di dapatkannya dari sang kekasih hati ?
pasti sering kan ? banyak sekali cerita tentang cinta dari yang bahagia hingga
yang menyedihkan dan tragis. Tapi itu semua hanya cinta kepada sesama umat
manusia.
Pernah tidak mendengar malihat
temanmu yang bercerita sambil menangis ketika meninggalkan ibadahnya ? pernah
tidak mendengar penyesalan telah meninggalkan kegiatan agamanya ? tentu jarang
! atau mungkin tidak sama sekali.
Inilah bedanya, kadang manusia suka
lupa bahwa ia harus lebih mencintai sang penciptanya daripada umat manusia yang
juga di ciptakan sang pencipta.
Opini :
E.Cinta Menurut Ajaran Agama
Ada yang berpendapat bahwa etika
cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Tetapi dalam
kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta dalam kehidupan ini.
Di satu pihak, cinta didengkan dengan lagu dan organisasi perdamaian dunia,
tetapi di pihak lain dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan jauh
dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia. Dalam
kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang
seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang- kadang mencintai orang lain, atau
juga istri dan anaknya, harta, atau Allah dan Rasulnya. Berbagai bentuk cinta
ini bisa kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
- Cinta
Diri
Cinta diri erat kaitannya dengan
menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup,mengembangkan potensi
dirinya,dan meng aktualisasikan dirinya dan ia pun mencintai segala
sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala
sesuatu yang menghalanginya untuk hidup. Berkembang, mengaktualisasikan
diri, mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya. Al –Qur’an telah
mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri ini,
kecenderungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan
berguna bagi dirinya, dan menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan
keselamatan dirinya, melalui ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau
mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi
dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
“Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia
terhadap dirinya sendiri ialah kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang
dapat merealisasikan semua keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana
untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup.” (QS,al-Adiyat, 100:8)
“Diantara gejala lain yang menunjukkan kecintaan manusia
pada dirinya sendiri ialah permohonannya yang terus menerus agar dikaruniai
harta, kesehatan, dan berbagai kebaikan dan kenikmatan hidup lainnya. Dan
apabila tertimpa bencana, keburukan, atau kemiskinan, ia merasa putus asa dan
ia mengira tidak akan bisa memperoleh karunia lagi,” (QS,Fushilat, 41:49)
Namun hendaknya cinta manusia pada
dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan melewati batas. Sepatutnya cinta
pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta pada orang lain dan cinta berbuat
kebajikan pada mereka.
2. Cinta kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian
dan keharmonisan dengan manusia lainnya , ia tidak boleh tidak harus membatasi
cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Oleh karena itu,Allah ketika memberi
isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak
pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus
menerus untuk memperoleh kebaikan serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian
karunia yang diperolehnya, setelah itu Allah langsung memberikan pujian kepada
orang-orang yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada
dirinya sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu adalah dengan
melalui iman, menegakkan sholat, memberikan
zakat, bersedekah terhadap orang-orang miskin dan tak punya, dan menjauhi
segala larangan Allah.
Keimanan yang demikian ini akan bisa menyeimbangkan antara
cintanya kepada diri sendiri dan cintanya pada orang lain, dan dengan demikian
bisa merelisasikan kebaikan individu dan masyarakat. Al-Qur’an juga
menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling mencintai seperti cinta
mereka pada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terkandung
pengarahan kepada mukmin agar tidak berlebih-lebihan dalam mencintai diri
sendiri.
3. Cinta Seksual
Cinta erat kaitannya dengan
dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang,
keserasian, dan kerjasama antar suami dan istri. Ia merupakan faktor yang
primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasanNya ialah Dia yang
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung,
dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi yang berpikir.” (QS,Ar-Rum, 30:12)
Dorongan seksual melakukan suatu fungsi penting yaitu
melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis.
4. Cinta Keibuan
Kasih sayang itu bersumber dari
cinta keibuan, yang paling asli dan yang terdapat pada diri seorang ibu
terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu ikatan fisiologi. Seorang
ibu akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh dengan kasih sayang dan
naluri alami seorang ibu. Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat
bahwa dorongan kebapakan bukan karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
5. Cinta Kebapakan
Mengingat bahwa antar ayah dan
anak-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti yang
menghubungkan si ibu dan anaknya , maka para ahli ilmu jiwa modern
berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti
halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini nampak jelas
dalam cinta bapak kepada anak-anaknya , karena mereka sumber kesenangan,
kegembiraan baginya , kekuatan, kebanggan ,dan merupakan faktor penting bagi
kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya setelah dia meninggal
dunia.
Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan
dalam kisah Nabi Nuh as. Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak jelas ketika
ia memanggilnya dengan penuh rasa cinta,kasih sayang, belas kasihan, untuk naik
perahu agar tidak tenggelam ditelan ombak :“…Dan Nuh memanggil anaknya – sedang anak
itu berada di trmpat yang jauh terpencil – : “Hai ..anakku naiklah (kekapal)
bersama kami dan janganlah kamu berada bersama-sama orang-orang yang kafir.” (QS,
Yusuf, 12:84)
Biasanya cinta kebapakan nampak dalam perhatian seorang
bapak kepada anak-anaknya, asuhan, nasehat, dan pengarahan yang diberiaknnya
kepada mereka , demi kebaikan dan kepentingan mereka sndiri.
6. Cinta Kepada Allah
Merupakan puncak cinta manusia,
yang paling jernih, spiritual dan yang dapat memberikan tingkat perasaan kasih
sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang ikhlas
seorang manusia kepada Allah akan membuat cinyta menjadi kekuatan pendorong
yang mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta yang
lain. Semua tingkah laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan
penerimaan dan ridha-Nya :
“Katakanlah : “Jika
kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah maha pengampun lagi maha penyayang”(QS Ali
Imran, 3:31)
Cinta yang ikhlas seorang manusia
kepada Allah akan membuat cinta itu menjasi kekuatan pendorong yang
mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua bentuk kecintaan
lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada
sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam semesta.
7. Cinta Kepada Rasul
Cinta kepada rasul, yang diutus Allah sebagai
rahmah bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat kedua setelah cinta
kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam
tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
F. Bentuk-Bentuk Cinta
Terminologi
Penggunaan istilah cinta dalam
masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perkataan love dalam
bahasa Inggris. Love digunakan dalam semua amalan dan arti
untuk eros, philia, agape dan storge. Namun
demikian perkataan-perkataan yang lebih sesuai masih ditemui dalam bahasa
serantau dan dijelaskan seperti berikut:
Cinta yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu, eros
Sayang yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga, philia
Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, agape
Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme, nasionalisme dan narsisme, storge
Cinta yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu, eros
Sayang yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga, philia
Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, agape
Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme, nasionalisme dan narsisme, storge
Etimologi
Beberapa bahasa, termasuk bahasa
Indonesia atau bahasa
Melayu apabila dibandingkan dengan beberapa bahasa mutakhir di Eropa, terlihat lebih
banyak kosakatanya dalam
mengungkapkan konsep ini.
Termasuk juga bahasa Yunani kuno, yang membedakan antara tiga
atau lebih konsep: eros, philia,
dan agape.
Cinta adalah perasaan simpati yang
melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm,
ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:
- Perasaan
- Pengenalan
- Tanggung
jawab
- Perhatian
- Saling
menghormati
Erich Fromm dalam buku larisnya
(the art of loving) menyatakan bahwa ke empat gejala: Care, Responsibility,
Respect, Knowledge (CRRK), muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang
mencintai. Omong kosong jika seseorang mengatakan mencintai anak tetapi tak
pernah mengasuh dan tak ada tanggungjawab pada si anak. Sementara tanggungjawab
dan pengasuhan tanpa rasa hormat sesungguhnya & tanpa rasa ingin mengenal
lebih dalam akan menjerumuskan para orang tua, guru, rohaniwan dll pada sikap
otoriter.
G. Kasih Sayang
Erich Fromm dalam bukunya “Semi
Mencintai” mengemukakan tentang adanya macam – macam cinta, yaitu :
- Cinta
Persaudaraan, diwujudkan manusia dalam tingkah atau perbuatannya. Cinta
Persaudaraan tidak mengenal adanya batas – batas manusia berdasarkan SARA.
- Cinta
Keibuan, kasih sayang yang bersumber pada cinta seorang ibu terhadap
anaknya
- Cinta
Diri Sendiri, yaitu bersumber dari diri sendiri. Cinta diri sendiri
bernilai positif jika mengandung makna bahwa seseorang dapat mengurus
dirinya dalam kebutuhan jasmani dan rohani.
- Cinta
terhadap ALLAH
H. Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata mesra
yang berarti erat atau karib sehingga kemesraan berarti hal yang menggambarkan
keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan juga bersumber dari cinta kasih dan
merupakan realisasi nyata. Kemesraan dapat diartikan sama dengan kekerabatan,
keakraban yang dilandasi rasa cinta dan kasih. Tingkatan kemesraan dapat dibedakan
berdasarkan umur, yaitu :
1. . 1. Kemesraan dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam
masa puber. Pubertas yaitu dimana masa remaja memiliki kematangan organ kelamin
yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat
- Kemesraan dalam Rumah
Tangga, terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya
pada tahun tahun awal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun
bisa sudah agak lama biasanya semakin berkurang.
- Kemesraan Manusia Usia
Lanjut
I. Pemujaan
Pemujaan dimulai sejak manusia
dilahirkan dengan akal yang dimilikinya.Manusia telah berfikir kritis tentang
alam dan kejadiannya. Pemujaan adalah dimanakita memuja atau mengagungkan
sesuatu yang kita percayai kebenarannya.Pemujaandapat dilakukan dalam berbagai
aspek seperti memuja pada leluhur,memuja padaagama tertentu atau kepercayan
yang ada.seperti pemujaan pada leluhur adalah suatukepercayaa bahwa para
leluhur yang telah meninggal masih memiliki kemampuanuntuk ikut mempengaruhi
keberuntungan orang yang masih hidup. Dalam beberapabudaya Timur dan tradisi
penduduk asli Amerika, tujuan pemujaan leluhur adalahuntuk menjamin kebaikan
leluhur dan sifat baik pada orang hidup, dan kadang-kadanguntuk meminta suatu
tuntunan atau bantuan dari leluhur. Fungsi sosial dari pemujaanleluhur adalah
untuk meningkatkan nilai-nilai kekeluargaan, seperti bakti pada orangtua,
kesetiaan keluarga, serta keberlangsungan garis keturunan keluarga.Sedangkan
Memuja kepada agama dapat diwujudkan dengan mengagumidan bersyukur kepada Sang
Pencipta. Dalam mencari bentuk-bentuk pemujaan dapatberupa ibadah sebagai media
komunikasi antara manusia dengan Tuhan, membanguntempat ibadah yang
sebaik-baiknya, mencipta lagu, puisi, novel, film, dan sebagainyayang bertema
mencintai Sang Pencipta.
J. Belas Kasihan
Kasih sayang atau belas kasih ialah
sifat yang terdapat baik pada Allah maupun pada manusia. Belas kasih adalah sesuatu yang
dibutuhkan oleh semua manusia. Mungkin banyak yang mengira ini melulu tentang
uang. Bila orang berbelas kasih kepada orang lain berarti ia lalu membantu
orang itu secara finansial.Namun tidak hanya itu, semua orang hidup di bawah
belas kasih orang lain. Bagaimana tidak, seberapa pun banyak uang yang kita
miliki, jika kita sakit dan pergi berobat ke dokter, kita tergantung pada belas
kasihan dokter. Jika kita mendapat dokter yang tidak berbelas kasihan—hanya
dimotivasi uang—penyakit kita tidak ia sembuhkan, malahan mungkin makin parah demi
kita membayar lebih banyak. Maka Wapres pun pernah mengeluhkan kondisi ini
karena akibat ketidakpercayaan terhadap dokter Indonesia, banyak orang memilih
berobat ke Singapura.
Bahkan dalam keseharian kita pun
kita harus ingat bahwa kita hidup dalam belas kasihan orang lain. Terutama di
jalan raya. Walau kita sudah berhati-hati dan berusaha menaati peraturan
lalu-lintas, jika ada satu orang saja yang tidak berbelas kasih kepada orang
lain dan berniat mencelakai hidupnya sendiri dan hidup orang lain, kita bisa
celaka. Dan masih banyak contoh lain. (Ingat kasus bom Bali, bom di depan
kedutaan Australia, korupsi, dan berbagai kejahatan lain? Oleh karena itu kita
harus memohon belas kasihan Tuhan dalam kehidupan kita. Dan untungnya Tuhan
adalah pribadi yang penuh dengan belas kasih dan pribadi yang murah hati. Sejak
zaman Adam, Dia memberikan belas kasih yang tak terkira, mengingat dosa dan
kejahatan manusia yang tak terperikan. Dosa-dosa kita juga. Puncaknya adalah
saat Dia menjelma menjadi manusia dan hidup di tengah-tengah kita—Yesus
Kristus.
Sebagai representasi Allah, Yesus
Kristus menunjukkan belas kasih yang sangat besar. Belas kasih terbesar
pengurbanan-Nya di kayu salib yang membebaskan kita dari cekikan dosa. Seperti
yang tertulis dalam Ibrani 8:12, “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap
kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”
Lalu bagaimana dengan kita yang
sudah ditebus dari dosa ini? Ada dua hal yang harus kita lakukan:
Selalu mengingat bahwa kita hidup
di bawah belas kasihan, terutama belas kasihan Tuhan. Seperti firman-Nya dalam
Roma 9:15, “Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan
kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada
siapa Aku mau bermurah hati.’” Tanpa belas kasih-Nya, sebenarnya kehidupan kita
sia-sia, bahkan bisa dikatakan sebenarnya kita sudah mati.
Menaruh belas kasih kepada orang
yang lebih lemah daripada kita. Kitab Amsal 19:17 mengatakan, “Siapa menaruh
belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas
perbuatannya itu.” Kita orang-orang yang sudah memperoleh belas kasihan Tuhan,
sudah seharusnya menyebarkan kasih kepada orang lain sebagai duta-duta Tuhan di
dunia ini.
K.Cinta Kasih Erotis
Cinta kasih erotis yaitu kehausan
akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang lainnya. cinta
kasih erotis bersifat ekslusif, bukan universal, pertama-tama cinta kasih
erotis kerap kali di campurbaurkan dengan pengalaman yang dapat di eksplosif
berupan jatuh cinta. Tetapi seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu ,
pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanya
sementara.
Keinginan seksual menuju kepada
penyatuan diri, tetapi sekali-kali bukan merupakan nafsu fisi belaka, untuk
meredakan ketegangan yang menyakitkan. Rupanya keinginan seksual dengan mudah
dapat di dicampuri atau di stimulasi oleh tiap-tiap perasaan yang mendalam.
Dalam cinta kasih erotis terdapat
eksklusivitas yang tidak terdapat dalam cinta kasih persaudaraan dan cinta
kasih keibuan, sering kali eksklusivitas dalam cinta kasih erotis di
salah tafsirkan dan di artikan sebagai suatu ikatan hak milik, contoh sering
kita jumpai separang orang-orang yang sedang saling mencintai tanpa merasakan
cinta kasih terhadap setiap orang lainya.
Cinta kasih erotis apabila ia
benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian yaitu bahwa seseorang
sunguh-sunguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang sedalam-dalamnya dan
menerima pribadi orang lain(wanita ataupun pria). Hal ini merupakan dasar
gagasan bahwa suatu pernikahan tradisional, yang kedua mempelainya tidak pernah
memilih jodohnya sendiri, beda halnya dengan kebudayaan barat/ zaman sekarang,
gagasan itu ternyata tidak dapat diterima sama sekali. Cinta kasih hanya di
anggap sebagai hasil suatu reaksi emosional dan spontan.
Dengan demikian, bahwa cinta kasih
erotis merupakan atraksi individual belaka maupun pandangan bahwa cinta kasih
erotis itu tidak lain dari perbuatan kemauan.
Sumber :
https://addressgimanamaksudnya.wordpress.com/2012/10/14/tugas-ibdbab-4/
https://dewimelati.wordpress.com/2012/03/20/bentuk-cinta/
http://mahisaajy.blogspot.co.id/2011/02/3-tingkatan-cinta-dan-berbagai-bentuk.html
http://hadidwicahyadi.blogspot.co.id/
https://dewimelati.wordpress.com/2012/03/20/bentuk-cinta/
http://mahisaajy.blogspot.co.id/2011/02/3-tingkatan-cinta-dan-berbagai-bentuk.html
http://hadidwicahyadi.blogspot.co.id/